[framedbox]
Jakarta | Jum’at, 20 Apr 2012
Daulat Fajar Yanuar
Oleh karena itu, Pemerintah Indonesia melalui kedutaan-kedutaan di berbagai negara peserta Darmasiswa berupaya untuk menyeleksi mahasiswa asing yang ingin mengikuti program ini. Salah satu tujuan utamanya supaya biaya yang dikeluarkan bagi peserta Darmasiswa yang notabene berasal dari rakyat Indonesia tidak terbuang percuma.
Kepala Staf Umum BKPLN Kemendikbud, Ramli mengatakan, kurikulum program Darmasiswa diharapkan mampu mencegah mereka yang mengikuti program ini sekadar untuk jalan-jalan saja. Dia mengakui sampai saat ini perbaikan silabus dan kurikulum masih berlangsung.
“Diharapkan nantinya tidak ada lagi mahasiswa asing yang mengikuti program Darmasiswa hanya untuk jalan-jalan saja,” kata Ramli kepada wartawan, Rabu (18/4) lalu.
Sementara Kepala Satgas Darmasiswa, Pangesti Wiedarti mengatakan, ke depannya kurikulum Darmasiswa akan menggunakan standar kurikulum yang sama yang dipakai oleh beberapa perguruan tinggi yang turut serta dalam pelaksanaan program Darmasiswa.
Pangesti juga menjelaskan, kurikulum yang akan dipakai nantinya juga merujuk kepada kurikulum yang berlaku di Eropa. “Dari sana bisa diketahui materi yang diajarkan, assesment dan metode pengajarannya seperti apa. Itu yang akan kami jadikan sebagai standar,” kata Pangesti.
Pangesti menambahkan, dari 44 universitas yang tergabung dalam program Darmasiswa RI, sebanyak 35 di antaranya menyetujui dilakukannya standardisasi kurikulum. Tujuannya agar ada keseragaman dalam pembelajaran antaruniversitas yang bertindak sebagai pelaksana program Darmasiswa di seluruh Indonesia.
Dia melanjutkan yang membedakan program saat ini adalah muatan lokal yang diwarnai budaya setempat dan kelimuan tertentu. Regulasi penyelenggaraan Darmasiswa RI perlu diseragamkan agar pelaksanaannya di masa yang akan datang dilandasai regulasi yang sama dan juga tertib.
“Namun, regulasi dibatasi pada regulasi akademik. Regulasi terkait pengelolaan (BPKLN, universitas, dan keimigrasian) akan dibahas sendiri sehingga nantinya menghasilkan program buku pedoman tersendiri,” ujar Pangesti.
Sedangkan Pejabat Fungsional Direktorat Diplomasi Publik Kementerian Luar Negeri, Azis Nurwahyudi mengatakan, memang tidak sedikit peserta Darmasiswa yang motivasi belajarnya tidak kuat. Namun, banyak juga yang rupanya berhasil menjadi “friends of Indonesia” di negaranya masing-masing.
Untuk mengatasi masalah minimnya motivasi belajar peserta Darmasiswa, kata Azis, bisa diketahui dan dicegah melalui wawancara di negara peserta sebelum dia datang ke Indonesia.
“Hal itu bisa dikontrol dengan memberikan target dari Kemendikbud sehingga uang rakyat yang digunakan oleh mereka kelak bisa kembali bermanfaat bagi kita semua, rakyat Indonesia,” tuturnya.
Sumber: http://www.jurnas.com/halaman/9/2012-04-20/206314
[/framedbox]